Tahun 2015
telah berlalu dan tahun 2016 telah datang. Begitu banyak masyarakat Indonesia
menantikan momen pergantian tahun 2015 ke tahun 2016 dengan cara yang beragam,
namun kebanyakan dari mereka memilih untuk keluar rumah hanya untuk sekedar
melihat kembang api atau hanya ikut-ikutan saja. Euforia yang dirasakan oleh
sebagian masyarakat membuat mereka tidak memikirkan kerugian yang diakibatkan
dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka menantikan pergantian tahun
Pusat
perbelanjaan, tempat wisata dan pusat keramaian lainnya selalu menjadi
destinasi orang-orang yang ingin menantikan pergantian tahun masehi. Hal
tersebut membuat kondisi lalu lintas menjadi lebih ramai daripada biasanya dan
sampai mengakibatkan kemacetan di banyak ruas jalan. Kemacetan sudah jelas
merupakan hal yang sangat merugikan, baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga.
Mereka tidak sadar bahwa mereka hanya membuang-buang waktu dan biaya hanya
untuk menantikan bertambahnya satu angka di kalender. Itu dalah hal yang sangat
merugikan.
Masalah lain terkait dengan lalu lintas adalah
banyak sekali terjadi pelanggaran lalu lintas, yang paling menonjol adalah pada
pengguna sepeda motor. Penggunaan helm dan jumlah pembonceng yang melebihi
ketentuan merupakan yang banyak sekali dijumpai di berbagai kota di tanah air.
Dengan ramainya kondisi lalu lintas, kecelakaan tidak mungkin tidak terjadi,
walaupun itu hanya mengakibatkan kerusakan kendaraan, namun itu tetaplah
kerugian.
Di puncak
waktu yang dinantikan biasanya kembang api dinyalakan. Peredaran kembang api
yang mudah dijumpai membuat siapa saja dapat membeli dan menyalakannya secara
bebas. Tak jarang yang mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah hanya untuk
menyaksikan dentuman dan kilauan cahaya yang hanya beberapa menit itu.
Seharusnya, uang itu dapat digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih
bermanfaat. Dampak terburuk dari kembang api adalah kebakaran, sehingga sesuatu
yang dianggap dapat memberikan kesenangan, justru berujung pada kesedihan.
Pagi hari, di
hari pertama pada tahun yang baru berganti, sampah-sampah tidak bertuan
bertebaran di berbagai sudut pusat keramaian. Sampah yang tak bertuan tersebut
ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya pada malam dimana mereka menantikan
pergantian tahun. Mereka meninggalkan sampah dengan sangat tidak bertanggung
jawab, sama sekali tidak ada kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Pembahasan di
atas merupakan hanya sebagaian kecil saja dari kerugian yang diakibatkan dari
adanya kegiatan berkumpul-kumpul untuk menantikan pergantian tahun. Selanjutnya,
semoga masyarakat Indonesia dapat lebih cerdas dalam menyikapi kegiatan-kegiatan
yang menurut penulis lebih besar kerugiannya dibandingkan dengan manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar