Sabtu, 19 November 2016

Mendesain Penyuluhan Keselamatan Lalu Lintas Untuk Siswa SMK


Telah dijelaskan pada kiriman sebelumnya mengenai empat tahapan dalam penyusunan program penyuluhan. Pada kiriman kali ini akan dibahas bagaimana menerapkan empat tahapan tersebut dalam mendesain penyuluhan untuk siswa sekolah menengah kejuruan. Sekolah yang menjadi studi kasus dalam rencana kegiatan ini adalah SMK Muhammadiyah Kramat.

Tahap Pertama : Perumusan Keadaan
Perumusan keadaan diawali dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi studi untuk mengetahui pola perilaku para siswa SMK Muhammadiyah Kramat terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesadaran para siswa terhadap peraturan lalu lintas dilihat dari aspek pola perilakunya.

Sasaran kegiatan pengamatan ini adalah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa SMK Muhammadiyah Kramat. Hasil pengamatan ini adalah data kuantitatif yang menunjukkan jumlah dan persentase pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa di lokasi pengamatan.

Untuk mencapai hasil yang relevan, pengamatan dapat dilakukan pada jam masuk sekolah atau jam pulang sekolah dan pada saat jam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada jam masuk/keluar sekolah dapat dilakukan di pintu masuk sekolah dan di depan area sekolah. Sedangkan pengamatan pada jam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di tempat parkir kendaraan para siswa untuk mengamati secara lebih rinci pelanggaran terkait dengan peraturan teknis kendaraan yang digunakan para siswa.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada 5 (lima) jenis pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa SMK Muhammadiyah Kramat, antara lain: tidak menggunakan helm, tidak menyalakan lampu sein saat berbelok, tidak menyalakan lampu utama, kendaraan tidak dilengkapi spion, dan tidak menggunakan helm SNI. Jumlah dan persentase pelanggaran yang dilakukan secara rinci dijelaskan pada grafik di bawah ini.


Tahap Kedua : Penetapan Tujuan
Tahap yang kedua dalam mendesain penyuluhan keselamatan jalan untuk siswa SMK Muhammadiyah Kramat adalah menetapkan tujuan penyuluhan yang akan dilakukan. Untuk menetapkan tujuan perlu diketahui profil dari sasaran penyuluhan. Profil yang dimaksud dalam hal ini, antara lain: lokasi dan waktu penyuluhan, budaya yang ada di lingkungan sekolah, dan tingkat kebutuhan materi yang akan diberikan.

a.         Lokasi dan Waktu
Lokasi penyuluhan keselamatan jalan ditentukan untuk dilakukan di lingkungan SMK Muhammadiyah Kramat, yang berada di Jalan Garuda, Desa Kemantran, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Penyuluhan dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah agar para siswa lebih rileks dan tidak perlu menyesuaikan diri apabila menggunakan tempat lain di luar lingkungan sekolah.

Waktu pelaksanaan ditentukan agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar baik mata pelajaran normatif, adaptif, maupun produktif. Dengan kata lain, waktu penyuluhan adalah di luar jam pelajaran, yaitu dengan mengambil jam ekstrakulikuler yang diikuti para siswa. Di SMK Muhammadiyah terdapat salah satu ekstrakulikuler yang mewajibkan semua siswa untuk mengikutinya, yaitu Hizbul Wathan (HW). Kegiatan ini merupakan kegiatan kepanduan yang serupa dengan Gerakan Pramuka. Jam untuk kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan penyuluhan keselamatan lalu lintas.

b.        Budaya
Para siswa di SMK Muhammadiyah sebagian besar berasal dari wilayah Kabupaten Tegal. Sebagian besar siswa SMK kurang peduli terhadap peraturan, hal ini terlihat dari kegiatan rutin yang seharusnya wajib dilaksanakan justru banyak yang tidak hadir, seperti pada kegiatan ekstrakulikuler HW. Dari 250 siswa yang ada, hanya sekitar 50 siswa yang hadir mengikuti kegiatan tersebut. Siswa yang hadir tersebut dapat dikatakan bahwa para siswa memiliki pola pikir yang lebih baik terhadap peraturan daripada para siswa yang tidak hadir. Para siswa akan lebih mudah menerima materi daripada para siswa yang lainnya.

c.         Tingkat Kebutuhan
Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, yaitu survei pelanggaran lalu lintas, para siswa SMK Muhammadiyah Kramat harus diberikan perhatian khusus terutama dari tingkat kesadaran terhadap penggunaan kelengkapan berkendara. Sebagian besar siswa dari SMK Muhammadiyah Kramat kurang memperhatikan keselamatan berkendara, seperti tidak menggunakan helm, helm tidak SNI dan tidak menggunakan fungsi kendaraan dengan sebagaimana mestinya seperti tidak menyalakan lampu utama dan lampu sein pada saat membelok. Namun, dari beberapa pelanggaran yang dilakukan, pelanggaran yang paling dominan adalah pelajaran tidak mengenakan helm, yaitu sebanyak 36%. Untuk anak seusia SMK, peraturan lalu lintas bukanlah hal yang asing bagi para siswa, tetapi kesadaran para siswa untuk mematuhi peraturan masih termasuk rendah, khususnya untuk penggunaan helm saat berkendara.

Dengan demikian, dapat ditentukan tujuan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan, yaitu meningkatkan kesadaran para siswa SMK Muhammadiyah Kramat tentang pentingnya penggunaan helm saat berkendara.

Tahap Ketiga : Penetapan Masalah
Tahap yang ketiga adalah penetapan masalah. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan efektivitas kegiatan penyuluhan harus diinventarisasi secara komprehensif sehingga kegiatan penyuluhan dapat direncanakan dan dilaksanakan secara efektif.
Permasalahan yang terkait dengan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan antara lain:
a)        Materi apa yang harus diberikan?
b)        Bagaimana model penyuluhan yang akan dilakukan?
c)        Media apa yang harus digunakan?
d)       Bagaimana cara mengetahui efektivitas kegiatan penyuluhan yang dilakukan?
e)        Bagaimana skenario kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan?

Tahap Keempat : Penetapan Rencana Kegiatan
Tahap yang keempat adalah menetapkan rencana kegiatan penyuluhan. Rencana kegiatan ini meliputi hal-hal yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan penyuluhan.

a.         Materi Penyuluhan
Materi yang akan diberikan kegiatan ini adalah didasarkan pada hasil survei pelanggaran yang telah dilakukan, yang mana hasil survei tersebut menunjukkan bahwa pelanggaran lalu lintas yang paling dominan adalah tidak menggunakan helm pada saat berkendara. Adapun substansi dari materi yang akan diberikan antara lain:
Ø  Dasar Hukum
Ø  Pentingnya penggunaan helm saat berkendara;
Ø  Desain standar helm;
Ø  Dampak yang dapat terjadi jika tidak menggunakan helm;

b.        Model Kegiatan
Teknik Komunikasi
Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan langsung, yaitu bertatap muka secara langsung dengan sasaran penyuluhan, yaitu para siswa SMK Muhammadiyah yang mengikuti kegiatan Hizbul Wathan.

Metode Pendekatan
Dengan melihat karakteristik siswa SMK yang cenderung kurang peduli terhadap peraturan, maka diperlukan kondisi yang lebih eksklusif, sehingga metode pendekatan yang akan digunakan untuk penyuluhan para siswa SMK lebih tepat jika menggunakan metode pendekatan kelompok. Oleh karena itu, penyampaian materi akan disampaikan dengan cara membagi sejumlah siswa yang hadir ke dalam beberapa kelompok.

Teknik Penyampaian Materi

Ø  Ceramah
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan dasar hukum, tujuan, dan fungsi penggunaan helm yang berstandar nasional Indonesia bagi pengendara sepeda motor.

Ø  Demonstrasi
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan desain standar helm SNI dan tata cara pemakaian helm yang benar.

Ø  Pemberian Penghargaan
Dilakukan dengan memberi hadiah kepada siswa yang sudah mengenakan helm dengan baik untuk memberikan rangsangan kepada siswa tersebut agar konsisten mengenakan helm saat berkendara dan juga memberikan contoh kepada siswa yang belum mengenakan helm bahwa menggunakan helm saat berkendara merupakan perilaku yang bermanfaat.

Ø  Pemutaran Film
Teknik ini digunakan untuk memberikan ilustrasi kepada para siswa terkait dengan risiko yang akan didapatkan apabila tidak mengenakan helm pada saat berkendara. Dalam hal ini, video kecelakaan pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm dapat menjadi shock therapy bagi para siswa.

c.         Media Yang Digunakan
Untuk mendukung teknik penyampaian materi yang sudah direncanakan dengan baik diperlukan sarana yang baik pula. Dalam hal ini, media yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap penyerapan materi oleh para siswa. Adapun media yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan penggunaan helm ini antara lain:
Ø  Laptop
Ø  LCD Proyektor
Ø  Helm SNI

d.        Alat Evaluasi
Alat evaluasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kampanye/penyuluhan yang dilakukan. Dengan alat evaluasi akan dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari kegiatan penyuluhan terhadap tingkat kesadaran para siswa terhadap peraturan lalu lintas yang ada. Tingkat kesadaran tersebut diketahui dengan cara mengukur 4 (empat) indikator yang berkaitan dengan tingkat kesadaran seseorang terhadap peraturan (hukum), antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku. Untuk mengukur empat indikator tersebut, instrumen yang digunakan antara lain:
Ø  Survei Pelanggaran, untuk mengetahui pola perilaku para siswa terhadap peraturan menggunakan helm pada saat mengendarai sepeda motor.
Ø  Kuesioner, untuk mengukur pengetahuan, pemahaman, dan sikap para siswa terhadap peraturan menggunakan helm saat berkendara.

e.         Skenario Kegiatan
Jam
Kegiatan
Keterangan
14:00 - 14:15
Apel pembukaan Hisbul Wathan
Apel pembukaan HW yang wajib dilakukan untuk mengawali kegiatan .
14:15 – 14:30
Pre-test dan perkenalan di dalam kelas
Sebagai pembuka, penyuluh  memperkenalkan diri kepada para siswa SMK Muhammadiyah Kramat sambil membagikan kuesioner pre-test
14:30 – 15:00
Pemberian materi
Memberikan materi tentang penggunaan helm SNI menggunakan slide powerpoint
15:00 – 15:15
Tanya Jawab
Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk bertanya perihal materi yang diberikan
15:15 – 15:30
Istirahat

15:30 – 15:45
Selingan games
Memberikan games tebak gambar berupa rambu lalu lintas yang biasa ditemui di jalan sebagai materi tambahan bagi para siswa
15:45 – 15:50
Post-test dan penutupan materi
Melakukan pembagian kuesioner Post-test kemudian kegiatan penyampaian materi ditutup dengan membaca doa
15:50 – 16:00
Apel Penutup
Apel Penutup untuk mengakhiri kegiatan HW


Demikian cara mendesain penyuluhan keselamatan untuk siswa sekolah menengah kejuruan. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam desain ini merupakan tahapan yang bersifat umum sehingga dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan yang serupa dengan sasaran yang berbeda. Mendesain kegiatan penyuluhan bukanlah hal yang sulit dilakukan, namun yang paling penting adalah bagaimana melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sehingga berjalan dengan lancar dan dengan efektivitas yang tinggi. Selain itu, kemampuan berkomunikasi dari si penyuluh (pemberi materi) juga menjadi hal yang harus diperhatikan.
Semoga bermanfaat.


Bersambung.

Minggu, 06 November 2016

SURVEI PELANGGARAN LALU LINTAS: LANGKAH AWAL MENDESAIN PENYULUHAN KESELAMATAN LALU LINTAS

  Pada kiriman sebelumnya yang berjudul KAMPANYE DAN PENYULUHAN KESELAMATAN TRANSPORTASI telah dijelaskan perbedaan kampanye dan penyuluhan. Kali ini, penulis akan jelaskan tentang tahapan dalam penyuluhan. Berikut adalah beberapa tahapan dalam penyusunan program penyuluhan keselamatan yang dapat dilakukan:

1. Perumusan Keadaan
    Yaitu penggambaran fakta berupa data dan informasi
2. Penetapan Tujuan
    Yaitu perumusan keadaan yang hendak dicapai. Pola yang biasa digunakan adalah SMART, yaitu specific (khas); measurable (dapat diukur); actionary (dapat dikerjakan/dilakukan); realistic (realistis); dan time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan).
3. Penetapan Masalah
  Yaitu berupa perumusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan.
4. Penetapan Rencana Kegiatan
    Yaitu merumuskan cara mencapai tujuan.

   Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tahapan yang pertama, yaitu perumusan keadaan. Pada tahap yang pertama ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap kondisi yang sedang berlangsung di masyarakat, khususnya pengguna jalan. Identifikasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan data-data maupun informasi sehingga akan didapatkan gambaran tentang bagaimana para pengguna jalan berperilaku di jalan.

  Untuk mendapatkan data-data tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan observasi langsung ke lapangan atau survei. Dengan metode tersebut, karakteristik perilaku pengguna jalan dapat diamati secara langsung, baik pengendara kendaraan bermotor maupun pengguna kendaraan tidak bermotor. Survei dapat dilakukan saat kondisi lalu lintas pada kondisi sibuk (peak hour), yaitu pada jam berangkat sekolah dan berangkat kerja, kurang lebih antara pukul 06.30 sampai dengan 07.30.

    Persimpangan merupakan salah satu titik pertemuan arus dari dua jalur lalu lintas. Pada persimpangan akan dijumpai aturan-aturan lalu lintas yang lebih kompleks daripada di ruas jalan. Hal tersebut disebabkan karena pertemuan dua arus dari jalur jalur yang berbeda akan menyebabkan konflik lalu lintas yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, baik antara kendaraan dengan kendaraan maupun kendaraan dengan pejalan kaki.

  Pelanggaran yang biasa dijumpai di lampu merah adalah pelanggaran terhadap stop line. Dalam Pasal 24 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 disebutkan bahwa Marka Melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu berhenti, tempat penyeberangan, atau zebra cross. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengguna jalan justru berhenti melebihi garis tersebut.

Gambar 1

  Gambar sebelah kanan menunjukkan dua pelanggaran sekaligus yang dilakukan oleh salah seorang pengguna jalan. Selain melanggar batas stop line, ia juga membawa penumpang yang tidak menggunakan helm, apalagi penumpangnya anak-anak.

Gambar 2

   Gambar 2 menunjukkan pelanggaran marka yang dilakukan oleh sebagian pengguna jalan di persimpangan. Ketika lampu menyala hijau dan arus lalu lintas dari arah berlawanan lengan, pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor, cenderung menggunakan lajur lawan untuk mendahului kendaraan lain di jalurnya. Pelanggaran tersebut dilakukan hampir setiap kali lampu menyala hijau. Pengendara yang akan berbelok ke kanan cenderung ingin sampai ke mulut simpang dengan menggunakan lajur lawan agar bisa segera berbelok.

    Gambar-gambar tersebut merupakan gambar yang diambil dari hasil survei pelanggaran lalu lintas di salah satu persimpangan bersinyal yang ada di Kota Tegal. Persimpangan tersebut merupakan salah satu simpang yang ramai saat pagi dan sore hari. Hasil survei di simpang tersebut dapat menjadi cerminan bagaimana tingkat kepatuhan pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas. Terkait dengan penyuluhan keselamatan lalu lintas, maka hasil survei ini dapat menjadi rujukan mengenai sasaran penyuluhan, yaitu kelompok massanya dan materi yang akan disampaikan. Dengan demikian, diharapkan kegiatan penyuluhan mencapai hasil yang efektif, yaitu dapat menghasilkan dampak perubahan perilaku pengguna jalan yang patuh terhadap peraturan lalu lintas.