Indonesia sebagai negara beriklim
tropis memiliki dua musim yang bergantian setiap tahun, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Saat ini, musim yang sedang berlangsung adalah musim penghujan.
Dapat dilihat di beberapa daerah di Indonesia mulai terendam banjir dan menimbulkan
permasalahan sosial seperti penyakit, kebersihan, dan kerugian materi. Selain beberapa
permasalahan tersebut, ada satu permasalahan yang juga selalu datang kala musim
hujan tiba, yaitu banyaknya lubang yang bermunculan di jalan, mulai dari yang
berukuran kecil hingga yang berukuran sebesar kolam ikan, dengan kedalaman yang
juga beragam, sampai-sampai dapat ditanami pohon pisang. Lubang-lubang tersebut
akan banyak dijumpai di jalan yang diperkeras dengan campuran agregat dan aspal.
Menurut Sony Sulaksono Wibowo, air
merupakan musuh utama aspal karena air dapat melonggarkan ikatan antara agregat
dan aspal. Kerusakan yang umum terjadi di jalan-jalan dalam kota adalah adanya
air yang menggenangi permukaan jalan. Pada saat ikatan aspal dan agregat
longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang akan merusak
ikatan tersebut dan permukaan jalan pada akhirnya. Tipikal kerusakan karena pengaruh
air adalah lubang. Sekali lubang terbentuk maka air akan tertampung di dalamnya
sehingga dalam hitungan minggu lubang yang semua kecil dapat membesar dengan
cepat. Itulah sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan bersifat eksponensial. Ketika
ikatannya longgar pun, sebenarnya tidak masalah kalau tidak ada beban. Namun,
ketika ikatannya longgar lalu ada kendaraan lewat, inilah yang mengawali
kerusakan. Awalnya muncul lubang kecil. Air kemudian masuk lagi ke lubang
tersebut. Akhirnya, lobang yang kecil tadi semakin membesar. Hubungan kerusakan
jalan terhadap waktu terjadi secara eksponensial.[1]
Di Indonesia, pemandangan jalan
berlubang saat dan setelah musim penghujan merupakan hal yang biasa dijumpai. Berikut
ini adalah beberapa gambar yang berhasil didapatkan beberapa minggu setelah curah
hujan mulai tinggi di salah satu jalan perkotaan yang tidak dilewati oleh
kendaraan berat.
Tampak pada gambar yang ada bahwa
kerusakan yang terjadi bukan hanya lubang, tetapi juga kerusakan tepi jalan, retak
memanjang dan lubang memanjang. Kerusakan-kerusakan tersebut terjadi di jalan
yang tidak dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar, tetapi justru di jalan
perkotaan yang hanya dilalui oleh kendaraan-kendaraan kecil dengan berat yang
tidak terlalu membebani jalan. Dengan kata lain, jalan dapat mengalami
kerusakan tanpa dilewati kendaraan dengan beban berat. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kualitas jalan tersebut kurang baik. Kepadatan permukaan aspal
yang kurang baik membuat air mudah masuk ke celah (pori-pori) permukaan jalan. Kepadatan
perkerasan yang kurang baik membuat permukaan jalan cepat retak walaupun hanya
dilewati kendaraan-kendaraan ringan. Air yang masuk melalui celah permukaan
membuat kekuatan ikatan aspal menjadi lemah sehingga mempercepat pelepasan
butiran pecahan batu dengan aspal yang pada akhirnya membentuk lubang di permukaan jalan dalam
kurun waktu yang cepat.
Sekian.
Semoga bermanfaat.
[1] Dikutip dari http://www.itb.ac.id/news/2850.xhtml