Jumat, 10 Februari 2017

TEKNIK MENGUMPULKAN MASSA UNTUK KAMPANYE KESELAMATAN PEJALAN KAKI

Dalam kegiatan kampanye keselamatan jalan, massa merupakan sasaran dari kegiatan. Mereka adalah orang-orang yang hendak diubah perilaku dan pola pikirnya agar menjadi pengguna jalan yang sadar akan keselamatan di jalan. Namun, permasalahan yang ada di masyarakat adalah bahwa mereka cenderung tidak tertarik apabila diajak untuk mengikuti kegiatan kampanye, sosialisasi, atau penyuluhan, khususnya tentang keselamatan jalan. Oleh karena itu, Sangat penting bagi seorang perencana kampanye keselamatan jalan untuk mengetahui bagaimana teknik untuk mengumpulkan massa.

Berikut akan diulas secara singkat tentang beberapa strategi yang dapat digunakan dalam menarik massa.
a.  Strategi Mengumpulkan Massa
Mengumpulkan massa merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dengan cepat. Dalam kaitannya dengan mengumpulkan massa, ada 3 (tiga) strategi yang sering dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan simpati massa, yaitu :
1)  Strategi Edu-Politik
Strategi ini merupakan cara untuk mengumpulkan massa melalui program-program atau kegiatan pendidikan. Di dalam program-program tersebutlah pesan disampaikan secara halus dan cenderung disampaikan secara tersirat.
2)  Strategi Merayu
Stretegi ini bersifat sangat persuasif terhadap massa yang akan dikumpulkan. Sebelumnya, karakteristik massa dipelajari untuk mengetahui apa yang massa pada saat itu butuhkan, biasanya terkait dengan kebutuhan ekonomi namun tidak menutup kemungkinan untuk kebutuhan yang lain. Selanjutnya, pesan-pesan ajakan disampaikan dengan menawarkan sesuatu yang bermanfaat sehingga massa tergerak untuk mengikuti pesan-pesan ajakan yang disampaikan.
3)  Strategi Lumpur Kotor
Seperti namanya, strategi ini merupakan cara yang “kotor” untuk mengumpulkan dan mendapatkan simpati massa. Strateginya yaitu dengan menyebar isu-isu negatif terhadap satu atau lebih persoalan terkait dengan tujuan penyampaian pesan kepada massa, sehingga massa tergerak untuk meninggalkan hal-hal yang dianggap negatif dan tergerak untuk mengikuti tujuan dari pesan yang disampaikan.

b.  Contoh Kegiatan
Contoh-contoh kegiatan berikut ini merupakan bentuk konkret dari teknik mengumpulkan massa, sedangkan 3 strategi yang telah disebutkan sebelumnya merupakan cara untuk mendapatkan simpati massa yang dapat dilakukan dalam kegiatan apapun. Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatannya:
1)     Seminar
2)     Perlombaan Karya Tulis
3)     Perlombaan Olah Raga dan Seni
4)     Kegiatan Keagamaan
5)     Kegiatan Sosial
6)     Perayaan Hari Jadi
7)     Bazar
8)     Open House
9)     Seni dan Hiburan
10) Blusukan

Berkaitan dengan beberapa strategi yang telah dijelaskan tersebut, kaitannya dengan perencanaan kampanye keselamatan pejalan kaki, strategi merayu dapat dipilih sebagai cara untuk mendapatkan simpati massa. Salah satu kegiatan yang relevan dengan pejalan kaki adalah lomba jalan sehat. Di dalam perlombaan jalan sehat, terdapat doorprize yang akan diberikan kepada peserta. Hal tersebut dapat menjadi media perayu agar masyarakat tertarik untuk mengikuti kegiatan jalan sehat yang pada hakikatnya adalah kampanye keselamatan pejalan kaki.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam memperoleh massa untuk menjadi peserta kampanye keselamatan jalan adalah kelompok menentukan massa yang akan menjadi sasaran kegiatan kampanye keselamatan jalan. Penentuan kelompok massa tersebut nantinya akan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk menghadirkan jenis doorprize apa saja yang akan diberikan kepada peserta.


Hadirnya doorprize merupakan magnet bagi para peserta. Namun, yang menjadi kendala untuk menyediakan doorprize adalah biaya, sebab tidak mungkin semua peserta akan mendapatkan doorprize. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disiasati untuk menekan biaya yang dikeluarkan, tetapi kegiatan harus tetap menarik. Undian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan atau melalui media permainan (Games). Dengan jumlah doorprize yang terbatas namun memiliki nilai jual yang tinggi akan mempengaruhi seberapa banyak massa yang akan dikumpulkan. Dengan kata lain, masyarakat diiming-imingi mendapatkan doorprize agar mau mengikuti kegiatan kampanye keselamatan pejalan kaki. Inilah strategi merayu.

MODEL KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN KAMPANYE KESELAMATAN JALAN

Dalam merencanakan kegiatan kampanye atau penyuluhan, khususnya keselamatan transportasi jalan, perlu ditentukan bagaimana model komunikasi yang akan digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Pada kiriman kali ini, akan dibahas tentang model komunikasi tersebut. Pembahasan meliputi 3 (tiga) bagian, yaitu Teknik Komunikasi, Metode Pendekatan, dan Teknik Penyampaian Materi.

Teknik Komunikasi

Teknik komunikasi terkait dengan metode atau cara berkomunikasi dengan massa peserta kegiatan kampanye atau penyuluhan. Adapun metode yang dimaksud ada dua metode. Yaitu metode komunikasi langsung dan tidak langsung.
Metode Langsung, merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan melakukan tatap muka secara langsung (face-to-face) dengan massa yang menjadi sasaran kampanye atau penyuluhan. Bentuknya dapat berupa kegiatan demonstrasi atau simulasi, kursus, diskusi dan lainnya.
Metode Tidak Langsung, merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui perantara atau media komunikasi. Bentuk media komunikasi yang dimaksud antara lain berupa pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio, siaran televisi, pemutaran film, dan lainnya.

Metode Pendekatan

Setelah menentukan teknik komunikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan metode atau cara dalam melakukan pendekatan kepada massa kampanye/penyuluhan. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan kepada massa yang menjadi sasaran kampanye/penyuluhan.
Pendekatan Perorangan, merupakan pendekatan yang dilakukan secara langsung antara penyuluh dengan perorangan (individu).
Pendekatan Kelompok, merupakan pendekatan yang dilakukan secara langsung antara penyuluh dengan massa yang menjadi sasaran kampanye/penyuluhan yang membentuk dalam kelompok. Bentuk kegiatannya antara lain berupa diskusi, kursus, ceramah, dan lainnya.
Pendekatan Massal, merupakan metode pendekatan yang dilakukan antara lain dengan cara melakukan siaran radio, siaran televisi, pemasangan poster/spanduk. Metode ini lebih cenderung untuk melakukan kampanye lalu lintas.

Teknik Penyampaian Materi

Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya dalam merencanakan kegiatan kampanye/penyuluhan adalah teknik dalam menyampaikan materi kepada massa yang menjadi sasaran. Berikut ini adalah beberapa teknik/metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi dalam kegiatan kampanye/penyuluhan.

No
Metode
Kelebihan
Kekurangan
1
Ceramah
Penyampaian materi tanpa banyak partisipasi dalam bentuk pertanyaan atau diskusi

Kelas mudah dikuasai; mudah dilaksanakan; dapat diikuti peserta dalam jumlah besar

Bersifat verbal; peserta cenderung bosan; sangat tergantung pada kemampuan penceramah
2
Demonstrasi
Memperlihatkan secara nyata tentang cara dan/atau hasil terkait sesuatu hal

Pemahaman peserta mengenai materi lebih dalam

Memakan waktu lama; sumber daya yang dibutuhkan relatif besar
3
Kursus/Pelatihan
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan secara sistematis dan dalam jangka waktu tertentu

Efektif untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan secara mendalam dan sistematis; alumni dapat dipakai sebagai kader bagi kelompoknya

Relatif mahal serta memerlukan persiapan dan pelaksanaan yang cermat; kurangnya sarana dan alat bantu pengajaran sering mengganggu tercapainya tujuan; menjangkau relatif sedikit peserta
4
Pameran
Usaha memperlihatkan atau mempertunjukkan model, contoh, barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu tempat tertentu

Jangkauan sasaran lebih luas; mempunyai efek publisitas

Memerlukan banyak persiapan dan biaya; harus berganti tema; tema tertentu; memerlukan penjaga yang benar-benar menguasai masalah
5
Pemberian Penghargaan
Kegiatan sebagai tanda ucapan terima kasih/penghargaan kepada individu/instansi atas jasa-jasa/prestasinya khususnya dalam kurun waktu tertentu.

Merangsang peserta untuk meningkatkan prestasi; mengefektifkan kegiatan; memberikan pengaruh yang luas dan melibatkan lembaga/badan lain

Membutuhkan biaya tambahan pelaksanaan; hanya melibatkan beberapa orang peserta
6
Pemutaran Film
Metode penyuluhan dengan menggunakan alat film yang bersifat visual dan massal, serta menggambarkan proses sesuatu kegiatan.

Lebih menarik; sekaligus sebagai hiburan; jangkauannya lebih luas

Tidak terdapat komunikasi dua arah; biaya tinggi
7
Penempelan Poster
Metode penyuluhan yang menggunakan gambar dan sedikit kata-kata yang dicetak pada sehelai kertas/bahan lain yang berukuran tidak kurang dari 45 cm x 60 cm, dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui orang atau yang sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul

Jangkauan sasaran lebih luas

Pesan kurang lengkap; bila dibuat dari kertas akan mudah rusak, sedangkan bila dibuat dari bahan tahan lama biayanya mahal
8
Penyebaran brosur, leaflet, & majalah
Menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang dibagikan kepada masyarakat pada saat tertentu.


Materi lebih lengkap dan jelas serta lebih khusus pada materi tertentu; dapat melengkapi metode penyuluhan yang lain; dapat memberikan kesempatan pihak lain untuk berpartisipasi (khusus untuk majalah).


Bahasa harus menyesuaikan dengan bahasa komunikasi kelompok sasaran; kontinuitasnya tidak dapat terjamin terutama faktor judul, materi, biaya dan keterpaduan dengan metode lainnya

 Metode-metode yang telah disebutkan di atas dapat digunakan dengan menyesuaikan tujuan kegiatan kampanye/penyuluhan yang akan dilakukan. Pemilihan teknik komunikasi (langsung/tidak langsung) akan mempengaruhi metode-metode berikutnya terkait dengan metode pendekatan dan teknik penyampaian materi.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 04 Februari 2017

Evaluasi Kampanye Keselamatan Jalan Menurut Ross Silcock Ltd

Pemberitaan/periklanan tentang keselamatan jalan dapat digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Pada umumnya, tujuan dari setiap pemberitaan/periklanan adalah untuk mengubah perilaku pengguna jalan, sikap atau pengetahuan agar meningkatkan keselamatan jalan. Berikut adalah hal-hal yang bisa didapatkan dengan kampanye melalui periklanan:

  • Meningkatkan kesadaran dari sebuah permasalahan atau perilaku tertentu;
  • Meningkatkan level informasi tentang sebuah topik atau isu tertentu;
  • Membantu membangun kepercayaan, khususnya bagi mereka yang tidak mendapatkan perhatian lebih;
  • Membuat topik lebih menonjol dan membuat massa lebih peka dalam berkomunikasi;
  • Mendorong pengaruh interpersonal melalui percakapan dengan yang lain (misal: polisi, guru, atau orang tua);
  • Membangkitkan pencarian informasi oleh individu; dan
  • Menguatkan kembali kepercayaan dan perilaku yang sudah ada.


Salah satu permasalahan yang akan dihadapi adalah bahwa orang, kebanyakan, cenderung menolak untuk berubah, khususnya ketika tidak ada orang yang secara nyata mendekati mereka. Seorang pengemudi yang mengoperasikan kendaraan setelah minum alkohol yang pada banyak kasus tidak mengalami insiden, tidak menerima alasan mengapa ia tidak boleh minum dan mengemudi seperti yang disampaikan pada poster ataupun televisi. Kesulitan tambahan yang harus diatasi adalah bahwa tidak ada kesempatan untuk melakukan interaksi secara face-to-face.

Dalam rangka menentukan metode evaluasi yang paling sesuai, penting untuk mengetahui lebih dulu sasaran kampanye. Dalam banyak kasus sasarannya adalah untuk mengurangi kecelakaan atau penyebabnya. Penting untuk menggunakan cara yang sesuai dalam evaluasi kampanye publik. Apabila pencegahan/pengurangan kecelakaan digunakan sebagai ukuran, maka dalam interval waktu tertentu harus cukup kuat untuk mendapatkan efeknya. Menggunakan data kecelakaan atau korban mungkin sesuai, khususnya untuk kampanye yang dilakukan dalam jangka panjang (5 atau 10 tahun), namun untuk jangka pendek, akan tidak sesuai apabila menggunakan data kecelakaan saja. Penggunaan tingkat kecelakaan sebagai ukuran dapat menjadi sebuah kejanggalan dengan banyak pertimbangan seperti kecelakaan yang tidak dilaporkan, waktu kejadian, dan pengaruh dari faktor lainnya. Berikut ini adalah beberapa indikator yang dapat digunakan selain data kecelakaan:

  •           Kesukaan publik terhadap sebuah pesan;
  •           Opini publik terhadap efektivitas pesan;
  •           Opini ahli terhadap efektivitas pesan;
  •           Jumlah dan jenis pengguna jalan yang diraih;
  •           Pengulangan pesan yang digunakan;
  •           Perubahan pengetahuan lalu lintas;
  •           Perubahan sikap;
  •           Perubahan perilaku individu;
  •           Perubahan perilaku yang diobservasi;
  •           Perubahan tingkat pelanggaran; dan
  •           perubahan tingkat kecelakaan.

Apabila dari item-item tersebut cenderung berhubungan dengan keseringan kecelakaan, item-item tersebut dapat digunakan sebagai indikator.  Harus ada ketelitian dalam memperkirakan bahwa apabila ada perbaikan dari salah satu variabel tersebut, akan secara otomatis menjadi perbaikan tingkat kecelakaan. Ada juga kemungkinan bahwa kompensasi risiko akan terjadi. Hal ini terjadi ketika perbaikan satu perilaku mengarahkan ke pengambilan risiko di area yang lain. Sebagai contoh, hal tersebut telah terlihat pada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan sabuk keselamatan mengarahkan ke luka yang lebih ringan bagi penumpang, tetapi terjadi lebih banyak kecelakaan yang melibatkan pengguna jalan yang rentan (vulnerable road users).

Apabila hanya menggunakan data kecelakaan sebagai bahan evaluasi, hanya hasil akhir yang diketahui. Akan lebih informatif jika mengetahui bagaimana jalan menuju hasil akhir tersebut. Dengan kata lain, penggunaan variabel sikap dan pengetahuan dapat membantu untuk mengetahui mengapa program tersebut berhasil dan mengapa program tersebut tidak efektif (gagal). Informasi tersebut dapat menjadi masukan dalam desain kampanye di masa yang akan datang sehingga ada proses perbaikan yang dinamis.

Menggunakan media periklanan saja tidak akan menghasilkan perubahan yang diharapkan. Harus dilihat pula sebuah kampanye yang lebih luas, melibatkan penegakan hukum, peraturan, teknik dan strategi yang lain. Perubahan perilaku yang dituju harus realistis dan tidak terlalu luas. Bagaimanapun, periklanan adalah sebuah hal pokok, tetapi berjangka panjang, bagian dari setiap strategi untuk mengurangi jumlah orang yang meninggal dan terluka di jalan.


Sumber: THE DESIGN AND EVALUATION OF ROAD SAFETY PUBLICITY CAMPAIGNS (Kim Smith, Ross Silcock Ltd)

Minggu, 22 Januari 2017

Evaluasi Kegiatan Penyuluhan

Pada kiriman sebelumnya telah dijelaskan dengan cukup komprehensif mengenai pelaksanaan kegiatan penyuluhan penggunaan helm SNI bagi siswa-siswi SMK, yaitu di SMK Muhammadiyah Kramat, Kabupaten Tegal. Untuk kiriman kali ini, akan dibahas mengenai evaluasi dari kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan tersebut. Dengan melakukan evaluasi, akan dapat diketahui hasil dari penyuluhan yang telah dilakukan, apakah terdapat perubahan dari kondisi sebelumnya atau tidak.
Pembahasan tentang evaluasi kegiatan penyuluhan ini akan dibagi ke dalam 4 (empat) bagian, antara lain: metode evaluasi, indikator, alat ukur, dan hasil pengukuran.

Metode

Evaluasi kegiatan merupakan bagian yang harus ada dalam pelaksanaan satu kegiatan. Dengan melakukan evaluasi, tingkat keberhasilan kegiatan dapat diketahui. Tingkat keberhasilan dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan kegiatan dengan hasil yang didapatkan setelah kegiatan dilaksanakan.
Tujuan dari kegiatan penyuluhan di SMK Muhammadiyah Kramat adalah meningkatkan kesadaran para siswa SMK Muhammadiyah Kramat tentang penggunaan helm SNI. Kata yang digunakan adalah meningkatkan, dengan demikian harus diketahui tingkat kesadaran para siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan penyuluhan. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode ­before and after analysis.
Untuk mendapatkan data yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran para siswa, cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pre-test sebelum kegiatan dilakukan dan post-test setelah kegiatan dilaksanakan.

Indikator

Tujuan dari kegiatan penyuluhan keselamatan lalu lintas di SMK Muhammadiyah Kramat adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa SMK Muhammadiyah Kramat tentang penggunaan helm. Tingkat kesadaran para siswa dapat diukur dengan empat indikator yang biasa dijadikan sebagai tolak ukur kesadaran hukum, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku. Menggunakan helm SNI merupakan peraturan hukum yang tertuang dalam pasal 106 ayat (8) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang berbunyi:

“Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia”

Dengan demikian, menggunakan empat indikator kesadaran hukum tersebut untuk mengukur tingkat kesadaran penggunaan helm SNI merupakan hal yang relevan untuk dilakukan.

a)      Pengetahuan
Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Perilaku tertentu yang dimaksud dalam evaluasi ini adalah penggunaan helm SNI  pada saat berkendara dengan sepeda motor. Jadi, indikator penilaian pengetahuan dalam evaluasi ini adalah pengetahuan para siswa tentang dasar hukum penggunaan helm SNI pada saat berkendara dengan sepeda motor.

b)      Pemahaman
Pemahaman hukum diartikan sebagai sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari satu hukum tertentu. Dengan kata lain, pemahaman hukum adalah satu pengertian terhadap isi dan tujuan satu peraturan dalam hukum tertentu serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh hukum tersebut. Terkait dengan penggunaan helm SNI, maka indikator penilaian pemahaman penggunaan helm adalah pemahaman para siswa terhadap isi dan tujuan diwajibkannya menggunakan helm SNI pada saat berkendara dengan sepeda motor.

c)       Sikap
Sikap hukum diartikan sebagai satu kecenderungan untuk menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati. Terkait dengan penggunaan helm SNI, maka indikator penilaian sikap terhadap peraturan penggunaan helm SNI adalah kecenderungan atau persepsi para siswa untuk menggunakan helm SNI pada kondisi-kondisi tertentu.

d)      Pola Perilaku
Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena di sini dapat dilihat apakah satu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat. Berlaku atau tidaknya hukum tersebut dilihat dari dilaksanakan atau tidak peraturan yang ada, khususnya dalam hal penggunaan helm SNI. Dengan demikian, indikator pola perilaku para siswa adalah tindakan pelanggaran terhadap peraturan hukum yang dilakukan oleh para siswa.

Alat Ukur

Alat evaluasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penyuluhan yang dilakukan. Dengan alat evaluasi akan dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari kegiatan penyuluhan terhadap tingkat pemahaman dan tingkat kesadaran para siswa terhadap peraturan lalu lintas yang ada, khususnya penggunaan helm SNI.
Dalam menentukan alat evaluasi yang akan digunakan, hal yang harus diperhatikan adalah indikator-indikator penilaian yang akan diukur. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam evaluasi ini, digunakan empat indikator kesadaran, yaitu pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku.
Dengan melihat karakteristik dari masing-masing indikator, maka alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan penggunaan helm SNI pada siswa SMK Muhammadiyah Kramat yaitu kuesioner dan survei pelanggaran penggunaan helm.
  1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengukur indikator pengetahuan, pemahaman, dan sikap para siswa terhadap peraturan menggunakan helm saat berkendara. Indikator pengetahuan dan pemahaman diukur dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat kognitif (benar/salah). Indikator sikap diukur dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat afektif (setuju/tidak setuju).
Di dalam kuesioner ada dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan yang bersifat favourable (pernyataan positif) dan unfavourable (pernyataan negatif). Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari responden yang cenderung menjawab tidak pada kondisi sebenarnya, cenderung menjawab benar / setuju namun pada kenyataannya tidak demikian.
Skala pengukuran yang digunakan untuk kuesioner yang akan digunakan adalah Skala Guttman, yang mana setiap pernyataan hanya memiliki dua pilihan jawaban. Dari kuesioner yang diisi oleh responden, akan didapatkan jumlah skor total pada setiap indikator. Jumlah skor tersebut didapatkan dari scoring sebagai berikut:

Tabel 1. Skoring jawaban responden
Jenis Jawaban
Skor
Favourable
Unfavourable
Benar
1
0
Salah
0
1
Setuju
1
0
Tidak
0
1

Tabel 2 menunjukkan blue print dari kuesioner yang akan diberikan kepada responden dalam rangka mengukur tingkat kesadaran para siswa SMK Muhammadiyah Kramat dari aspek pengetahuan, pemahaman, dan sikap terhadap peraturan penggunaan helm SNI.

Tabel 2. Blueprint pengukuran pengetahuan, pemahaman dan sikap
No
Jenis Pernyataan
Pernyataan
Pengukuran Pengetahuan
1
F
Mengenakan helm wajib bagi pengemudi sepeda motor
2
UF
Mengenakan helm tidak wajib bagi penumpang sepeda motor
3
UF
Tidak harus mengenakan helm SNI
4
F
Helm berstandar dinilai dari bentuknya bukan logo terstandarnya


Pengukuran Pemahaman
5
UF
Helm berfungsi untuk melindungi diri dari tilang polisi
6
F
Mengenakan helm melindungi kepala dari benturan saat kecelakaan
7
UF
Mengenakan helm tidak berpengaruh terhadap keselamatan saat terjadi kecelakaan
8
UF
Pemakaian helm dapat digantikan dengan alat lain yang fungsinya sama
9
UF
Helm cukup dikenakan tanpa perlu dikunci (di-klik)


Pernyataan


Pengukuran Sikap
10
UF
Mengenakan helm tidak perlu bagi anak-anak
11
UF
Tidak perlu mengenakan helm saat bepergian jarak dekat
12
UF
Tidak perlu mengenakan helm jika tidak ada polisi
13
F
Lebih baik membeli helm daripada ditilang polisi
14
UF
Helm dengan model keren tanpa SNI lebih baik daripada helm biasa saja tapi SNI
15
UF
Tidak perlu mengenakan helm jika tidak punya


  1. Survei Pelanggaran
Survei pelanggaran penggunaan helm SNI digunakan untuk mengukur secara langsung tingkat kesadaran para siswa dari aspek pola perilaku (konatif) para siswa terhadap peraturan menggunakan helm pada saat mengendarai sepeda motor. Sasaran kegiatan pengamatan ini adalah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa SMK Muhammadiyah Kramat. Hasil pengamatan ini adalah data kuantitatif yang menunjukkan jumlah dan persentase pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa di lokasi pengamatan.
Untuk mencapai hasil yang relevan, pengamatan dapat dilakukan pada jam masuk sekolah atau jam pulang sekolah dan pada saat jam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada jam masuk/keluar sekolah dapat dilakukan di pintu masuk sekolah dan di depan area sekolah. Sedangkan pengamatan pada jam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di tempat parkir kendaraan para siswa untuk mengamati secara lebih rinci pelanggaran terkait dengan peraturan teknis kendaraan yang digunakan para siswa.

Hasil Pengukuran

  1. Pengetahuan, Pemahaman, dan Sikap
Setelah dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner terhadap 50 responden dari siswa SMK Muhammadiyah Kramat peserta ekstrakulikuler Hizbul Wathan didapatkan skor hasil pengukuran sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.3. Hasil pengukuran menunjukkan adanya peningkatan total skor antara sebelum penyuluhan (646) dengan setelah penyuluhan (675) sebesar 29 poin atau 0,04 %. Dari ketiga aspek yang diukur, baik aspek pengetahuan, pemahaman, maupun sikap, semuanya mengalami peningkatan. Tingkat pengetahuan para siswa naik 7 poin (0,04%), tingkat pemahaman para siswa naik 8 poin (0,06%), dan nilai sikap para siswa naik 15 poin (0,06%).

Tabel 3. Skor hasil pengukuran kuesioner
No
Indikator
Skor
Prosentase Peningkatan
Before
After
1
Pengetahuan
160
167
0,04 %
2
Pemahaman
217
225
0,04 %
3
Sikap
269
284
0,06 %
TOTAL SKOR
646
675
0,04 %

Dari ketiga aspek yang diukur, skor sikap para siswa SMK Muhammadiyah Kramat mengalami kenaikan yang paling tinggi dibandingkan aspek yang lain. Hal ini menjadi indikasi bahwa pengetahuan dan pemahaman para siswa terhadap peraturan penggunaan helm SNI sebelum penyuluhan sudah tinggi. Para siswa sudah mengetahui dan memahami tentang peraturan dan untuk apa peraturan tersebut dibuat. Tetapi, sikap positif para siswa terhadap peraturan tersebut belum menunjukkan nilai yang setingkat dengan pengetahuan dan pemahaman para siswa. Terbukti setelah dilakukan penyuluhan, sikap para siswa terhadap peraturan penggunaan helm SNI naik sebesar 15 poin (0,06%).

  1. Pola Perilaku
Pola perilaku para siswa terhadap peraturan penggunaan helm SNI didapatkan dengan melakukan survei di pintu gerbang dan tempat parkir SMK Muhammadiyah Kramat. Hasil survei tersebut ditunjukkan grafik pada gambar 1.
Gambar 1. Hasil survei pelanggaran lalu lintas sebelum penyuluhan

Berdasarkan hasil survei, diketahui ada 5 (lima) jenis pelanggaran yang dilakukan selama survei dilakukan. Pelanggaran penggunaan helm tercatat ada 114 siswa yang melanggar dari 274 pelanggaran yang dilakukan siswa yang menggunakan sepeda motor, terdiri dari 106 pelanggaran tidak menggunakan helm SNI dan 8 pelanggaran penggunaan helm non-SNI.
Setelah penyuluhan, survei kembali dilakukan. Survei pasca penyuluhan tidak seperti survei pra penyuluhan. Apabila survei pra-penyuluhan dilakukan untuk mengetahui jenis pelanggaran apa saja yang dilakukan, maka survei pasca-penyuluhan dilakukan hanya difokuskan pada pelanggaran yang menjadi materi penyuluhan keselamatan, yaitu tentang penggunaan helm SNI.
Berdasarkan hasil survei pasca-penyuluhan pada penggunaan helm di SMK Muhamadiyah Kramat, didapatkan adanya penurunan jumlah pelanggaran sebesar 20%. Dari yang sebelumnya ada 106 siswa yang tidak menggunakan helm dan 8 siswa yang menggunakan helm non-SNI, setelah dilakukan penyuluhan, didapatkan ada 86 siswa yang melakukan pelanggaran penggunaan helm, semuanya tidak menggunakan helm dan tidak didapati siswa yang menggunakan helm non-SNI seperti sebelum dilakukan penyuluhan.

Kesimpulan

Dengan dilaksanakannya rangkaian kegiatan penyuluhan yang dimulai dari proses identifikasi massa dan diakhiri dengan kegiatan penyuluhan sampai dengan evaluasi kegiatan, kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
a)   Berdasarkan hasil identifikasi, pelanggaran lalu lintas yang paling banyak dilakukan oleh siswa/siswi SMK Muhammadiyah Kramat adalah tidak menggunakan helm SNI.
b)  Pelanggaran tidak menggunakan helm bukan karena para siswa tidak mengetahui peraturan, melainkan karena tingkat kesadaran yang rendah, sehingga penyuluhan dilakukan dengan bertujuan meningkatkan kesadaran para siswa/siswi melalui kegiatan Hizbul Wathan.
c)  Model penyuluhan dengan metode pendekatan kelompok terbukti efektif digunakan untuk menyampaikan materi kepada para siswa/siswi dengan karakteristik siswa SMK yang cenderung sulit untuk diatur.
d)  Secara umum, kegiatan penyuluhan telah meningkatkan kesadaran para siswa/siswi SMK Muhammadiyah dalam hal kewajiban penggunaan helm SNI bagi pengendara sepeda motor.


Semoga bermanfaat.